Minggu, 07 April 2013

Remind for Evangelism


Amanat agung Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya ialah pergi memberitakan Injil ke segala suku bangsa di seluruh dunia (Mat. 28:19-20; Kis. 1:8). Tiga langkah yang perlu dipersiapkan sebelum amanat agung itu dilakukan oleh para murid. Pertama, murid-murid menunggu di Yerusalem akan janji Bapa dan Anak yakni Roh Kudus. Kedua, murid-murid bertekun dalam doa. Ketiga, murid-murid tekun bersekutu. Tentulah bagian pertama tidak lagi dilakukan oleh murid-murid Kristus zaman sekarang ini karena Roh Kudus telah dicurahkan atas gereja dan termeterai di hati setiap orang percaya.

Selain itu, amanat agung itu perlu dipahami bahwa inisiatif pemberitaan Injil itu berasal dari Tuhan dan kepastian akan siapa yang mendengar Injil ialah Roh Allah yang berdaulat menetapkannya. Murid-murid Yesus hanya hamba Allah yang tunduk perintah Allah untuk memproklamasikan Injil dengan tulus dan berani.

Amanat agung Tuhan terdiri atas tiga bagian penting untuk dicermati. Pertama, "pergilah" artinya setiap murid Yesus dengan sengaja dan penuh inisiatif untuk melakukan kehendak Allah. Ibarat seorang kopral yang diperintah seorang jenderal untuk pergi ke medan perang. Kopral itu tidak bertanya "mengapa? atau bagaimana?" karena jenderal itu sudah memberikan perintah, ia harus dilaksanakan, jikalau tidak, maka itu berarti pembangkangan. Demikian juga sebagai murid Tuhan, orang Kristen harus pergi memberitakan Injil, jikalau tidak, maka ia seorang Kristen yang membangkang kepada Tuhan. Tentulah kita tidak mau disebut sebagai pembangkang!

Amanat agung Tuhan terdiri atas tiga bagian penting untuk dicermati. Pertama, "pergilah"....Kedua, "jadikanlah segala suku bangsa...." Pemberitaan Injil dilakukan oleh seorang murid kepada suku-suku bangsa di seluruh dunia. Suku-suku bangsa itu melekat di dalamnya bahasa, budaya dan kepercayaan serta wawasan dunianya. Murid-murid Kristus akan menghadapi seseorang atau sebuah komunitas dari sebuah suku bangsa untuk berupaya mengomunikasikan berita Injil. Terlepas dari adanya pembatasan bangsa secara geopolitik dan wilayah, pemberitaan Injil akan memasuki dan melewati batas-batas tersebut.

Karena murid-murid Kristus akan berhadapan dengan manusia yang berbudaya, maka ia pun harus belajar dan memahami bahasa, budaya, atau wawasan dunia pendengar Injil. Jikalau ada suatu bahasa yang mempersatukan ratusan suku bangsa, misalnya bahasa Indonesia, bahasa Mandarin, bahasa Inggris, dll. namun pemahaman akan budaya dan adat-istiadat dari seseorang yang akan mendengar berita Injil haruslah juga dipelajari dengan baik. Hal itu berguna untuk menjalankan upaya komunikasi yang efektif dalam pemberitaan Injil. Ingatlah bahwa orang percaya juga adalah seorang murid Kristus. Murid identik dengan belajar dari Tuhan. Dalam hal ini seorang murid akan melakukan upaya kontekstualisasi untuk pemberitaan Injil.

Ketiga, "Pergilah, jadikalah segala suku bangsa murid-Ku." Murid-murid Yesus diutus ke dunia ini untuk menjadikan orang yang belum percaya sebagai murid Tuhan Yesus. Pemberitaan Injil akan mencapai tujuan yang sesuai kehendak Allah apabila seorang murid menjadikan orang lain menjadi murid Yesus Kristus. Murid-murid Kristus akan memiliki status yang setara dengan orang yang percaya kepada Tuhan yakni murid-Nya. Kita tidak menjadikan orang lain itu menjadi murid manusia atau murid agama atau murid sebuah organisasi keagamaan. Sudahkah kita sungguh-sungguh membawa orang lain menjadi murid Kristus!

Roedy Silitonga

2 komentar:

  1. Pak Roedy yang terhormat,

    Apakah benar bagian ini tidak tercantum pada manuskrip-manuskrip awal?

    BalasHapus
  2. Dear Sdr. akubertanya,

    Dalam tulisan di atas, saya tidak menyebutkan manuskrip yang mana yang digunakan dalam Matius 28:19-20 dan Kisah Para Rasul 1:8. Penekanan saya pada perintah Tuhan Yesus kepada para murid-Nya untuk memberitakan Injil kepada segala suku bangsa.

    Berdasarkan pengamatan dan penyelidikan yang pernah saya lakukan bahwa manuskrip yang digunakan untuk mentranslasi kitab Injil Matius dan kitab Kisah Para Rasul memiliki keakuratan dan keobyektifannya. LAI, KJV, NASB, NIV, ESV, NKJV dll tidak sembarangan menggunakan manuskrip yang ada. Artinya terjemahan-terjemahan tersebut pun menggunakan manuskrif yang mencantumkan ayat-ayat dimaksud dalam tulisan singkat saya. Kiranya penjelasan ini dapat bermanfaat.

    regards
    Roedy Silitonga

    BalasHapus