Minggu, 07 April 2013

Tubuhku


 

Ketika kaki saya lelah melangkah karena perjalanan dari rumah ke suatu belanja di luar kompleks. Anggota-anggota tubuhku yang lain pun ternyata ikut berpartisipasi untuk rehat sejenak, kendatipun anggota-anggota tubuh itu tidak turut melangkah. Ketika malam tiba, mataku terasa letih dan akhirnya tertutup untuk tidur. Anggota-anggota tubuhku yang lain turut berpartisipasi untuk istirahat. Walaupun ada bagian tubuh yang lain tidak istirahat, yakni otak, jantung, urat nadi, darah, dll. Di tengah-tengah anggota tubuhku istirahat di tempat pembaringan; ternyata ada bagian tubuhku yang tidak pernah istirahat. Apakah anggota tubuh ini cemburu kepada mata atau kaki atau lengan? Tentulah anggota-anggota tubuh itu tidak cemburu atau minder karena setiap anggota tubuhku didesain dengan desain terbaik dan sempurna. Selain itu anggota-anggota tubuhku ditempatkan pada posisinya masing-masing sesuai dengan tugas yang saling mendukung dan menopang. Apakah hanya karena otakku saja yang membuat setiap anggota tubuhku teratur dan bersedia menerima order dari otakku. Adakah hal lain yang lebih berdaulat atas seluruh hidup saya? Jikalau ada, apakah itu disebut dengan hati saya; lalu bagaimana yang tidak terlihat secara fisik dapat mengendalikan seluruh anggota tubuhku untuk mengerjakan bagian-bagiannya. Betapa misteriusnya kinerja seluruh tubuhku dan betapa agungnya yang telah menghadirkan diriku dan betapa mulianya yang telah menciptakanku ada di 
bumi ini. Siapakah yang berdaulat sedemikian agung, mulia dan ajaib? Sekalipun tak nampak terlihat oleh mata saya, tetapi saya percaya bahwa ada yang mengendalikan diri dan seluruh hal yang ada di alam semesta. Jawaban saya atas perenungan ialah TUHAN. Calvin mengatakan kenal diri kenal Tuhan, kenal Tuhan kenal diri. Pernyataan Calvin ini menjawab perenungan saya akan tubuh ini.

           
Jikalau tubuhku diatur oleh pikiranku, apakah tubuhku itu memiliki nilai yang lebih rendah dari pikiranku. Pemikiran ini ada pada konsep Plato yang menjelaskan bahwa materi itu lebih rendah dan roh/jiwa itu lebih tinggi. Konsep ini pun dikembangkan oleh Thomas Aquinas bahwa manusia memiliki dua aspek yakni yang lebih rendah dan yang lebih tinggi. Saya mencoba memikirkan pernyataan dari Aquinas dan Plato itu mengenai tubuhku ini. Benarkah tubuhku ini memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan pikiranku. Bukankah keduanya tubuh-roh ada pada diri sebagai bukti keberadaanku.

Tubuhku dibuat Allah dari debu tanah. Allah membentuk tubuhku sedemikian rupa sehingga begitu indah, mulia, terbaik dan sempurna. Tiap anggota tubuh di bentuk sesuai fungsinya masing-masing, mulai dari bagian dalam sampai dengan bagian luar, dari anggota tubuh yang tampaknya tidak memiliki kekuatan sampai yang begitu keras dan kuat. Yang kuheran dari semua anggota tubuhku itu ialah tidak ada satupun mau merebut kedudukan anggota tubuh yang lain; atau tidak ada anggota tubuhku itu yang mau menonjolkan diri atau minder karena ditempatkan atau dibentuk berbeda dengan anggota tubuh yang lain. Betapa ajaibnya kesatuan tubuhku ini. Sekalipun tubuhku terdiri dari ratusan anggota atau milyaran sel, namun semuanya bersedia bekerja bersama untuk menyatakan keberadaanku sebagai sosok mahluk yang ajaib. Jikalau bukan Allah yang menciptakan tubuhku, maka tidak akan mungkin aku dapat memiliki tubuh ini. Betapa bernilainya tubuhku ini, mungkinkah aku merendahkannya atau meremehkannya? Boleh jadi ada anggota tubuhku yang kurang sehat, kurang baik atau apa pun, namun hal itu tidak menghilangkan keajaiban tubuhku ini. Betapa hinanya diriku, jikalau aku tidak memelihara tubuh ini supaya tetap sehat, segar, dan kuat. Bukankah tujuan penciptaan tubuhku ini ialah untuk memuliakan Allah, Penciptaku; karena itu tidaklah benar kalau aku menggunakan tubuhku untuk hal-hal buruk. Masakan aku memasukkan asap beracun ke rongga paru-paruku atau memberikan gairah jahat dengan memberi cairan mencelakakan pada tubuhku melalui tenggorokan dan mulutku. Tidak! Aku harus menjaga kesucian tubuhku dari segala bentuk kecemaran apa pun.

Tubuhku dibentuk Allah dari debu tanah, bukan hasil evolusi mahluk lainnya. Mengapa begitu ya? Karena Allah menghembuskan nafas hidup ke hidungku. Nafas hidup ini yang membedakan diriku dengan mahluk-mahluk lain di bumi ini.

Nafas hidup dalam diriku itu bersifat kekal, tidak terlihat dan tidak dapat diraba; tetapi sungguh-sungguh ada menggerakkan seluruh diriku, anggota-anggota tubuhku. Allah menciptakan manusia menurut gambar rupa-Nya, artinya manusia memiliki sifat-sifat ilahi dan mewakili Allah di bumi ini untuk melaksanakan kehendak-Nya. Nafas hidup yang dikaruniakan Allah merupakan padanan akan adanya gambar rupa Allah yang tidak ada pada binatang, hewan dan mahluk lain yang ada di bumi ini.

Karena itu aku tidak dapat menerima pendapat yang mengatakan bahwa aku berasal dari mahluk yang lebih rendah dari diriku sendiri. Aku berasal dari nenek moyang yang setara dengan aku, yakni segambar serupa dengan Allah. Aku juga menolak pendapat yang mengatakan bahwa aku berbeda dengan Adam karena dia hanya dianggap sebagai simbol saja. Aku ada sebagaimana adanya karena memang aku tahu mengapa aku ada dan darimana aku ada. Mengapa saya dapat memikirkan hal itu, karena aku memiliki gambar rupa Allah yang memiliki kekekalan ilahi. Namun aku tidak mungkin sama dengan Penciptaku karena aku memiliki kekekalan sejak diberikan nafas hidup dan kualitasnya tidak sama. Sedangkan Penciptaku memiliki kekekalan pada diri-Nya sendiri yang memiliki kualitas sempurna dan tiada yang lain selain diri-Nya. Mengapa aku dapat berpikir, memiliki kehendak, mempunyai perasaan dan dan kedaulatannya karena aku mahluk pribadi yang telah diciptakan dengan nafas Allah.

Ajaib benar diriku dan betapa tidak mungkinnya aku setara dengan alam, apalagi setara dengan Penciptaku. Memang benar tubuhku dari alam (debu tanah) dan juga hidupku dari nafas Allah. Aku wajib tunduk kepada Allah, Penciptaku dan aku wajib menaklukkan alam yang ada di bawahku. Karena itu aku wajib menyembah Allah dan menolak menyembah segala ciptaan-Nya atau buatan tanganku sendiri. Betapa ajaibnya kejadianku di alam ini. Aku memiliki tubuh dan roh, keduanya berbeda unsur, tetapi keduanya dari Pencipta yang sama dan menyatu sehingga disebut manusia.Tubuhku tidak akan hidup tanpa nafas Allah, dan diriku tidak ada dalam sejarah tanpa tubuh ini. Kedua unsur dalam diriku, tubuh-roh, itulah diriku yang sesungguhnya. 
Tiap anggota tubuhku dikendalikan otakku yang ada di bagian kepala dan juga dikendalikan oleh rohku. Tentulah keduanya berjalan simetris, beraturan, harmonis, dan optimal. Namun aku mendapati sesuatu yang tidak dapat kuharapkan. Misalnya, aku ingin berdoa di pagi hari, tetapi mataku tidak mau terbuka; bahkan ketika aku hendak membaca firman Tuhan, ternyata tubuhku begitu malas untuk menggerakkan tangan dan kaki untuk mengambil Alkitab. Mengapa demikian terjadi dalam diriku?

Anggota-anggota tubuhku pun turut serta dalam perbuatan jahat, sekalipun itu diawali dari hatiku yang tidak terlihat dan terasa. Misalnya, ketika bibirku berkata dusta, ternyata setelah kuselidiki diriku, itu semua berasal dari keinginan jahat itu. Mengapa ada benih kejahatan itu di dalam hatiku ya? Setelah saya tanya teman, saya baca buku, saya riset kecil-kecilan, ternyata semua orang mengalami hal yang sama. Ada yang sadar akan kondisi tersebut, tetapi ada yang tidak memperdulikan kondisi tersebut. Namun aku berupaya mencari tahu dan mengerti, aku mendapatkan jawaban dari Alkitab bahwa akar dosa itu ada di hatiku karena aku ini keturunan dari manusia pertama, yang pernah berbuat dosa. Manusia pertama inilah yang telah gagal melaksanakan kehendak Allah. Benih dosa itu tertanam di hatiku sejak dalam kandungan ibuku; ibuku ayahku selalu mengajar hal-hal baik dan bermoral, tetapi mengapa saya masih berbuat jahat? Karena aku telah memiliki benih dosa dan berbuat dosa itu sebagai natur hidupku. Akibatnya anggota-anggota tubuhku ikut serta dalam perbuatan jahat sebagai senjata kejahatan. Padahal tiap-tiap anggota tubuhku itu amat baik diciptakan Tuhan, namun seringkali aku gunakan untuk perbuatan jahat. Adakah harapan bagiku yang telah diperbudak dosa, telah diperbudaknya anggota-anggota tubuhku? Puji Tuhan, Anak Allah datang ke dunia ini untuk menebus dan menyelamatkan, dan mentransformasi, dan memberi hati yang baru kepadaku dan kepada banyak orang di seluruh dunia di segala tempat sepanjang abad. Hatiku dibaharui, anggota tubuhku sudah mulai berbuat menjadi senjata-senjata kebenaran. Walaupun sukar dan tertatih-tatih, tetapi aku berupaya untuk menggunakan tiap-tiap anggota tubuhku untuk melakukan perbuatan yang benar, suci, dan adil. 

Tubuh-rohku sekarang milik Kristus karena sudah ditebus dan dibayar lunas oleh-Nya kepada Allah dengan nyawa-Nya sendiri. Sekalipun tubuhku masih tubuh yang lama dan semakin lemah dan terbatas, tetapi aku telah memiliki tekad baru yang dianugerahkan Allah untuk menggunakan mata, telinga, tangan, kaki, dll. untuk kemuliaan Allah melalui perbuatan-perbuatan baik. Aku pun berjuang untuk tekun membaca Alkitab, buku teologi, buku sains, dll sebagai dasar untuk mempraktikan kebaikan-kebaikan kepada sesama. Sebab jika aku tidak ada pengetahuan, pengertian, dan konsep yang benar dan tepat, bagaimanakah aku dapat melakukan perbuatan baik itu sungguh-sungguh sesuai dengan kebenaran Tuhan. Dahulu aku buta, sekarang aku melihat, dahulu aku lumpuh sekarang aku berjalan, dulu aku malas sekarang aku belajar tekun, dulu aku bodoh sekarang aku belajar hikmat Tuhan, dll. Hidupku bukannya aku lagi, tetapi Kristus yang ada padaku. Kiranya Tuhan dimuliakan melalui tubuhku dan rohku!
Tubuhku bukan milikku lagi, sekarang kusadar bahwa setiap anggota tubuhku itu milik Tuhan sehingga tidak selayaknya kugunakan sesuka hatiku. Karena hatiku sendiri bukanlah milikku, tetapi milik Tuhanku, Yesus Kristus. Tubuh ini memang lemah bahkan seringkali mengalami keterbatasan yang tidak dapat dihindari oleh hidupku. Semakin bertambah usia semakin terasa kelemahan anggota-anggota tubuhku ini. Namun hatiku seharusnya semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhanku, Yesus Kristus; semoga saja saudara-saudara semua semakin mengenal Tuhan kita.

Sewaktu ku kecil, aku ingin sekali cepat bertumbuh seperti orang dewasa. Sekarang sesudah umurku di atas empat puluh tahun, aku ingin kembali seperti masa remaja, yang lincah bergerak ke sana ke mari tanpa mengenal lelah. Ada lagu sekolah Minggu yang selalu kuingat untuk aku hati-hati gunakan tanganku, hati-hati gunakan kakiku, hati-hati gunakan mulutku, hati-hati gunakan mataku, dll. Lagu ini masih relevan dalam hidupku untuk berhati-hati selalu menggunakan seluruh anggota tubuhku. Kuberdoa setiap waktu supaya Tuhan membimbingku menggunakan anggota tubuhku untuk perbuatan yang suci dan kudus; semoga saudara-saudara seiman melakukanya juga.

Demikian refleksi diriku tentang tubuhku, kiranya berkenan dan bagi kemuliaan nama Tuhan, soli Deo gloria.

Roedy Silitonga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar